Wakil Dekan III FSH UIN SU Dinilai Arogan, Rektor UIN SU Minta Maaf

Grahanusantara.co.id, Medan – Wakil Dekan III Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UINSU Dr Arifuddin Hararap MHum sangat arogan dan tidak memiliki beretika akademik saat menerima perwakilan pengunjukrasa yang sedang melakukan aksi mogok makan di Kampus UINSU Jalan Pancing Medan.
 
Aksi pengunjukrasa yang diterima pimpinan universitas terdiri dari Wakil Rektor III Dr Nisful Khori MAg, Wakil Dekan III FSH Arifuddin Harahap dan Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan, Kamis (1/4//2021), mengaku kecewa dengan sikap yang tidak mendidik dari Arifuddin Harahap.

Sikap arogan itu diperlihatkan dengan cara mengancam mahasiswa untuk dipecat dari status mahasiswa. Kearoganan Arifuddin itu seenaknya merokok di kursinya dalam kondisi ruangan ber-AC ketika menerima perwakilan mahasiswa berdialog dengan pimpinan universitas.

Koordinator aksi mogok makan Komite Mahasiswa Anti Plagiasi UINSU (Komanpu) Irham Sadani menyesalkan prilaku tidak mendidik dan tidak terpuji Wadek III FSH itu.

“Semestinya, dosen menunjukkan sikap dan etika yang baik. Tidak merokok di ruang AC. Bukan justru arogan, apalagi mengancam kami. Kami mogok makan sudah empat hari. Kami minta Pak Arif jangan ngancam kami. Ini demokrasi dalam menyampaikan aspirasi,” kata Irham.

Kampus kata Irham, merupakan lembaga akademik yang suci bukan dikotori sikap arogan bergaya preman seperti yang ditunjukkan Wadek III FSH. Sikap yang ditunjukkan tak perlu dicontoh. Mahasiswa meminta Rektor UINSU segera memberi sanksi kepada Arifuddin.

Arifuddin dengan lantangnya menyebut aksi unjukrasa yang dilakukan mahasiswa tersebut ada di belakangnya. “Saya tahu siapa orang di belakang kalian,” ucap Arifuddin.Tapi, mahasiswa membantah tudingan Ariffuddin itu. “Aksi ini murni dari kami, tidak ada dalangnya,” kata Irham Sadani.

Irham mempertanyakan sikap arogan yang diperlihatkan Arifuddin itu, apakah sikap itu merupakan sikap resmi universitas atau memang suruhan Rektor UINSU. Perilaku yang ditunjukkan seperti preman. Padahal beliau merupakan akademisi yang menjadi teladan bagi mahasiswa lain.

Mendengar keluhan pengunjukrasa itu, Rektor UINSU Prof Dr Syahrin Harahap MA langsung meminta maaf kepada adik-adik mahasiswa. “Saya meminta maaf. Mungkin adik-adik saya di pimpinan tidak paham soal ini. Karena itu, saya minta maaf atas sikap adik-adik ini,” katanya.

Secara terbuka di hadapan perwakilan mahasiswa, Rektor UINSU menjamin kepada mahasiswa yang melakukan aksi mogok makan tidak melakukan intervensi apapun. Apalagi pemecatan kepada mahasiswa.

Saat ditanyakan tentang tuntutan mahasiswa terkait dugaan plagiasi, Prof Syahrin menyampaikan bahwa plagiasi tidak pernah terjadi seperti yang dituduhkan kepadanya.

“Plagiasi tidak pernah terjadi, makalah berjudul ‘The Image of Indonesia in the world: An Interreligious Perspective’ itu saya yang menulis, diterjemahkan oleh teman saya, dan saya sampaikan di UTE University serta diterbitkan oleh majalah Hubungan Internasional Jerman,” sebutnya.

Dugaan plagiasi itu mengemuka, jelasnya, setelah ada orang lain yang menyebut makalah itu sebagai milik dua penulis, dan orang yang mengklaim sebagai penulis lainnya telah menyampaikan makalah itu di dalam negeri, tanpa sepengetahuannya. Padahal sebenarnya makalah itu adalah miliknya.

“Tapi ini pun bukanlah masalah prinsipil, karena di dua makalah itu, baik yang terbit di dalam negeri maupun di luar negeri, tetap nama saya tercantum sebagai penulis. Terlalu mahal martabat UIN Sumut diganggu hanya karena masalah ini,” tegas Syahrin.

Karenanya, ia meminta semua pihak untuk menghentikan memainkan isu ini sebagai isu plagiasi, karena hanya akan merusak citra UIN Sumut dimata masyarakat.

Menurutnya, tidak ada yang perlu dipersoalkan dalam hal ini, karena ini adalah urusan antara dirinya dengan temannya. Pertemuan antara rektorat dan mahasiswa yang berlangsung Rabu malam (31/02/2021) sekitar pukul 22.30 WIB, tidak ada keputusan.

Pertemuan itu hanya memberi nasehat kepada mahasiswa. Mahasiswa tetap bersikukuh melanjutkan aksi mogok makan, sampai Rektor UINSU sebagai ketua senat universitas membawa ke sidang senat merapatkan aspirasi mahasiswa. Sekaligus membentuk tim pengusutan dugaan plagiasi jurnal yang dilakukan oknum rektor.

Sebelumnya juga, saat menerima perwakilan mahasiswa Wadek III FSH Arifuddin sempat menyebut terkait pengusutan dugaan plagiasi oknum rektor itu, tidak mungkin UINSU melakukan intervensi kepada Menteri Agama RI. “Manala mungkin kita di UINSU melakukan intervensi kasus ini ke Menteri Agama,” katanya.

Menurutnya, harus ada laporan terlebih dahulu ke Menteri Agama untuk dapat ditindaklakunti. Jika ada yang menyebut-nyebut nama Surya dalam pernyataannya “UINSU Sayang, UINSU Malang” silakan saja. Tetapi nama yang bersangkutan pun tidak melaporkannya.

Mahasiswa menduga sudah ada pertemuan antara Surya dengan pihak rektorat untuk membenam kasus tersebut. “Ada upaya membenam kasus ini dengan Surya,” kata mahasiswa dalam aksinya di depan biro rektor.