Kenali Penyebab dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

grahanusantara.co.id- Di era modern ini, kehidupan manusia melaju kencang ibarat roda yang terus berputar diwarnai oleh kesibukan yang tiada henti. Dalam kesibukan ini, sering kali kita mengabaikan kesehatan, yang sejatinya merupakan harta yang tak ternilai. Gaya hidup tidak sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak, gula, dan garam, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok, telah menjelma menjadi ancaman serius bagi kesehatan kita. Gaya hidup tidak sehat menjadi penyebab munculnya berbagai masalah kesehatan terutama kesehatan organ jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung dan pembuluh darah menyerang tanpa aba-aba, merenggut kegembiraan dan membawa kesedihan.

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan sekitar 17.9 juta jiwa meninggal dunia akibat kondisi ini pada tahun 2019, yang setara dengan 32% dari total kematian global. Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2019, lebih dari 651 ribu kematian per tahun disebabkan oleh penyakit serupa. Berbagai spektrum penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit jantung koroner menonjol sebagai yang paling umum, berkontribusi signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas, di mana hampir empat dari lima kematian terkait adalah akibat serangan jantung, dan satu dari tiga diantaranya muncul pada usia produktif.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tersumbat atau berkurang. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak di pembuluh darah arteri koroner. Plak yang menyumbat terbentuk dari lemak, kolestrol, dan zat lain dalam darah.

Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan penumpukan plak di dalam arteri, yang mengarah pada penyakit jantung koroner. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: dapat diubah dan tidak dapat diubah. Di antara faktor risiko yang tidak dapat diubah, yaitu usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin. Seiring bertambahnya usia, khususnya setelah 40 tahun, pembuluh darah cenderung mengalami penyempitan dan kerentanan, sehingga meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan penyakit jantung koroner. Selain itu, riwayat keluarga yang menunjukkan adanya serangan jantung atau kematian mendadak juga dapat meningkatkan risiko individu. Jenis kelamin juga berkontribusi, di mana pria umumnya memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan wanita, sebagian besar disebabkan oleh faktor fisiologis dan emosional yang membuat pria lebih rentan terhadap stres yang berpengaruh pada peningkatan risiko PJK. Sementara itu, perempuan memiliki perlindungan hormonal dari estrogen yang bersifat kardioprotektif, namun setelah menopause, risiko penyakit jantung koroner pada wanita dapat setara dengan pria.

Faktor risiko yang dapat diubah, seperti merokok, kolesterol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kurangnya aktivitas fisik, dan depresi, memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan jantung. Diantara faktor-faktor tersebut, merokok merupakan salah satu penyebab paling umum. Kebiasaan merokok telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini, baik di kalangan pria maupun wanita, serta di berbagai lapisan usia dan wilayah. Meskipun rokok mudah diakses dengan harga yang terjangkau, serta diiringi dengan persepsi yang keliru terkait manfaatnya dalam mengurangi stres dan meningkatkan citra diri, risiko kesehatan yang ditimbulkan justru sangat besar. Rokok mengandung lebih dari 7.000 zat kimia berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida, dan tar, yang dapat merusak fungsi dan struktur jantung dan pembuluh darah. Sehingga para perokok mempunyai risiko 2-3 kali meninggal karena PJK dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Faktor risiko lainnya yaitu seperti menjalani pola makan tidak sehat yang tinggi lemak dan gula. Makanan tidak sehat seperti makanan cepat saji, makanan manis, minuman bersoda, dan makanan yang digoreng, memiliki banyak kandungan kolesterol jahat atau LDL (Low-Density Lipoprotein). Kandungan kolesterol LDL dalam batas normal tidak berbahaya bagi tubuh, tapi bila kadar LDL terlalu tinggi bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes melitus.Seiring berjalannya waktu kolesterol jahat menumpuk dan membentuk plak di dinding pembuluh darah jantung.

Penyakit Jantung koroner sering dijuluki “Si Pembunuh Senyap” atau “The Silent Killer”, tetapi bukan berarti tidak bisa dihindari. Penting untuk diingat bahwa pembentukan plak di pembuluh darah arteri koroner adalah proses yang memakan waktu bertahun-tahun. Dengan mengendalikan faktor risiko, Anda dapat membantu mencegah dan mengurangi risiko PJK. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan dengan berhenti merokok. Saat Anda berhenti merokok, Anda juga menyelamatkan orang-orang disekitar Anda dari menghirup zat-zat racun berbahaya dari asap rokok Anda.

Pencegahan selanjutnya adalah mengontrol tekanan darah, gula darah dan kolesterol. Periksalah kadar gula darah Anda, apakah Anda mengidap penyakit diabetes melitus atau tidak. Karena diabetes merupakan tangga menuju penyakit jantung koroner. Periksalah tekanan darah Anda secara teratur. Pencegahan selanjutnya yaitu menjaga pola makan sehat. Hindari makanan yang mengandung kadar lemak jenuh seperti gorengan, minuman bersoda, makanan manis, daging olahan dan makanan cepat saji. Perbanyak konsumsi buah, sayur dan biji-bijian, karena makanan ini kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan jantung. Konsumsi protein tanpa lemak seperti ikan, dan ayam tanpa kulit. Batasi konsumsi garam agar tidak lebih dari 5 gram/hari. Konsumsi air putih yang cukup yaitu sebanyak 8 gelas/hari. Masaklah makanan sendiri, ini memungkinkan dalam mengontrol bahan dan cara memasak makanan, sehingga dapat memastikan makanan yang dikonsumsi lebih sehat. Dalam pembelian produk makanan, minuman atau snack, perhatikan label makanan untuk mengetahui kandungan lemak, gula dan garam. Hindari makanan yang berpengawet dan makanan kemasan.

Pencegahan selanjutnya yaitu menjaga bentuk badan agar tetap ideal, dengan melakukan olahraga secara teratur. Tidak perlu olahraga yang berat atau ekstrim. Tentunya, dapat melakukan jalan-jalan pagi atau jogging di pagi hari, memanfaatkan sinar matahari di jam 6-8 pagi. Lakukan minimal 3 kali seminggu selama minimal 30 menit. Pencegahan selanjutnya yaitu berfikirlah positif dan hindari stres. Selain itu, lakukan relaksasi atau program santai seperti yoga, meditasi atau menghabiskan waktu di alam.

Pencegahan terakhir, yaitu melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi penyakit jantung dan pembuluh darah. Konsultasikan dengan dokter untuk langkah selanjutnya bila beresiko terserang PJK. Dokter akan mendiagnosis dengan menanyakan gejala dan faktor risiko yang dimiliki. Pengobatan PJK umumnya melakukan perbaikan pola hidup yang dikombinasikan dengan prosedur medis dan atau obat-obatan. Sangat dianjurkan untuk menjalani pola hidup sehat seperti langkah pencegahan yang sudah diuraikan sebelumnya. Ingatlah bahwa kita memiliki kemampuan untuk menjaga kesehatan kita yang tak ternilai.