Jakarta - Jakarta kembali dikepung banjir. Hujan deras yang mengguyur kawasan Jabodetabek sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan Kali Ciliwung meluap, merendam permukiman warga di sejumlah titik.
Situasi ini memaksa 1.229 jiwa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat, para pengungsi tersebar di 11 lokasi di empat kelurahan yang terdampak cukup parah.
Kampung Melayu, Bidara Cina, Cawang, dan Pejaten Timur menjadi area yang paling banyak menampung korban banjir.
“Sebagian besar warga masih berada di pengungsian sambil menunggu air benar-benar surut,” ungkap Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan.
Di Kampung Melayu, ratusan warga kini berlindung di SDN Kampung Melayu 01/02 dan Masjid Jami Miftahul Huda.
Sementara di Bidara Cina, pengungsian tersebar di RPTRA, aula kelurahan, serta sejumlah masjid.
Situasi serupa juga terjadi di Cawang dan Pejaten Timur, di mana ribuan jiwa terpaksa menghabiskan malam di sekolah dan ruko pinggir jalan.
Pemerintah DKI Jakarta bergerak cepat dengan menyalurkan bantuan logistik. BPBD DKI Jakarta telah mendistribusikan 1.000 kotak makanan siap saji, 260 paket perlengkapan anak, serta berbagai kebutuhan darurat lainnya.
“Kami memastikan kebutuhan dasar para pengungsi dapat terpenuhi,” ujar Yohan.
Namun, genangan belum sepenuhnya hilang. Hingga Selasa dini hari, masih terdapat 28 RT yang terendam dengan ketinggian air mencapai 1,2 meter.
Empat ruas jalan utama pun masih tergenang, menyebabkan kemacetan dan gangguan mobilitas warga.
Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut mengambil langkah darurat.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Lukmansyah, memastikan bantuan terus mengalir. “Kami telah menyalurkan sembako, makanan siap saji, hingga perlengkapan pengungsian,” ujarnya.
Selain itu, BNPB berencana melakukan pemetaan untuk mencari solusi jangka panjang guna mencegah bencana serupa terulang.
Banjir yang berlarut-larut ini menjadi alarm bagi seluruh pemangku kebijakan. Wali Kota Bogor telah memperingatkan warganya agar tetap waspada, mengingat tingginya curah hujan yang masih berpotensi menyebabkan banjir susulan.
Di sisi lain, pemerintah daerah dan pusat mulai merancang posko terpadu untuk pemantauan banjir di Jabodetabek, dengan melibatkan berbagai instansi, termasuk BNPB, Basarnas, dan Kementerian Sosial.
Selain langkah penanganan di lapangan, pemerintah juga mempertimbangkan modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan yang berlebihan.
Infrastruktur drainase dan pengelolaan air di ibu kota pun didorong agar lebih optimal dalam menghadapi ancaman banjir tahunan.
Saat ini, fokus utama masih pada pemulihan kondisi di lapangan. BPBD DKI Jakarta bersama Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Bina Marga terus bekerja menyedot genangan air dan memastikan saluran air berfungsi dengan baik.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati, waspada terhadap potensi banjir susulan, dan segera menghubungi layanan darurat 112 jika menghadapi situasi genting.
Kisah banjir di Jakarta bukan lagi sekadar bencana musiman, tetapi peringatan bagi semua pihak untuk mencari solusi yang lebih permanen.
(*)