Tangerang Selatan - Jakarta dan beberapa kota besar di dunia menghadapi ancaman nyata yang semakin sulit diabaikan: penurunan muka tanah (land subsidence). Fenomena ini tidak hanya memperburuk banjir rob, tetapi juga meningkatkan risiko tenggelamnya daerah pesisir.
Berdasarkan penelitian menggunakan GPS dan InSAR, laju penurunan tanah di Jakarta mencapai 1 hingga 15 cm per tahun, terutama di wilayah Jakarta Utara.
Jika dibiarkan, sebagian kota ini bisa berada di bawah permukaan laut dalam beberapa dekade ke depan.
Bukti Ilmiah: Apa Penyebab Tanah Terus Menyusut?
Fenomena ini bukan sekadar spekulasi, melainkan fakta ilmiah yang telah dikonfirmasi oleh berbagai penelitian.
Studi dalam Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika dari Universitas Padjadjaran mengungkap bahwa eksploitasi air tanah yang berlebihan adalah salah satu faktor utama penyebab penurunan tanah di Jakarta.
"Penggunaan air tanah yang tidak terkendali menyebabkan rongga dalam tanah kosong, sehingga tanah di atasnya perlahan amblas," jelas penelitian tersebut.
Sementara itu, studi yang diterbitkan dalam Buletin Sumber Daya Geologi menunjukkan bahwa tanah aluvial di Jakarta secara alami mengalami konsolidasi, mempercepat proses penurunan muka tanah.
Tidak hanya di Indonesia, National Geographic melaporkan bahwa kota seperti Bangkok, New York, dan Shanghai juga mengalami penurunan tanah akibat kombinasi faktor alami dan aktivitas manusia.
Dampak: Dari Infrastruktur Retak hingga Banjir yang Makin Parah
Dampak dari penurunan tanah ini sangat mengkhawatirkan. Selain memperparah banjir, fenomena ini juga menyebabkan infrastruktur menjadi rentan.
Jalanan, gedung, dan fasilitas publik bisa mengalami retakan atau bahkan runtuh jika penurunan tanah terus berlanjut tanpa intervensi.
Data dari Jurnal Geodesi Undip menunjukkan bahwa peningkatan lahan terbangun memiliki korelasi langsung dengan laju penurunan tanah, dengan tingkat pengaruh mencapai 46,6%.
Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, yang semakin meningkatkan risiko tenggelamnya daerah pesisir. Sebuah laporan dari Kompas menyebutkan bahwa
"Jakarta dan beberapa kota besar lain di dunia berada dalam bahaya akibat eksploitasi air tanah dan urbanisasi yang tidak terkendali."
Solusi: Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya mitigasi telah diusulkan. Salah satunya adalah mengurangi penggunaan air tanah dengan memperluas sistem distribusi air bersih dari sumber permukaan.
Pemerintah DKI Jakarta juga tengah merancang proyek tanggul raksasa di pesisir utara untuk mencegah intrusi air laut lebih lanjut.
Selain itu, penggunaan teknologi pemantauan berbasis satelit dan GPS dapat membantu memprediksi serta mengurangi dampak penurunan muka tanah.
Namun, tanpa kesadaran kolektif dan kebijakan yang ketat, ancaman ini akan terus membayangi masa depan kota-kota besar dunia.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah kita akan membiarkan kota-kota besar tenggelam begitu saja? Ataukah sudah saatnya mengambil langkah nyata sebelum semuanya terlambat? ***