Press ESC to close

Karen Agustiawan Sosok Wanita Besi Pertamina yang Jatuh dalam Pusaran Korupsi

Sosok Perempuan Pertama di Puncak Kepemimpinan Pertamina, Karen Agustiawan

Karen Agustiawan adalah sosok yang dikenal luas sebagai perempuan pertama yang menduduki posisi Direktur Utama PT Pertamina (Persero). 

Dengan latar belakang di bidang teknik dan pengalaman bertahun-tahun di industri minyak dan gas, ia membawa perspektif baru dalam kepemimpinan perusahaan energi terbesar di Indonesia.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Lahir dengan nama lengkap Karen Galaila Agustiawan, ia menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tahun 1983 dengan gelar Sarjana Teknik Fisika. 

Latar belakang akademiknya menjadi landasan kuat dalam meniti karier di industri migas yang didominasi oleh kaum pria.

Karier Awal di Industri Migas

Sebelum bergabung dengan Pertamina, Karen mengawali karier di beberapa perusahaan multinasional. Ia pernah bekerja di Mobil Oil, Landmark Concurrent Solusi Indonesia, dan Halliburton Indonesia. 

Pengalamannya di perusahaan-perusahaan tersebut memberinya pemahaman mendalam tentang eksplorasi dan produksi migas, yang kemudian menjadi modal penting dalam kepemimpinannya di Pertamina.

Kepemimpinan di Pertamina

Karen bergabung dengan Pertamina pada tahun 2006 sebagai staf ahli Direktur Utama untuk bisnis hulu. Setahun kemudian, ia dipromosikan menjadi Direktur Hulu Pertamina. 

Pada tahun 2009, ia mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina.

Selama kepemimpinannya, Karen berfokus pada pengembangan sumber energi alternatif dan efisiensi energi nasional. Ia mendorong eksplorasi gas metana batubara serta memperluas infrastruktur distribusi gas alam cair (LNG) bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

Di bawah kepemimpinannya, Pertamina juga semakin aktif dalam investasi global untuk memperkuat ketahanan energi nasional.

Namun, pada Agustus 2014, Karen mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil untuk menerima tawaran sebagai pengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. 

Kepergiannya dari Pertamina menandai berakhirnya era kepemimpinan yang dinamis dan penuh terobosan.

Kasus Hukum dan Kontroversi

Meskipun dikenal sebagai pemimpin yang progresif, perjalanan karier Karen tidak lepas dari kontroversi. Pada tahun 2024, ia terjerat dalam kasus dugaan korupsi terkait pengadaan LNG di Pertamina pada periode 2011–2014. 

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat menjatuhkan vonis sembilan tahun penjara dan denda Rp500 juta atas keterlibatannya dalam kasus tersebut.

Kasus ini terus berlanjut hingga tahun 2025, ketika Mahkamah Agung memperberat hukumannya menjadi 13 tahun penjara serta denda Rp650 juta. 

Keputusan ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, dengan sebagian menilai bahwa hukuman tersebut sebagai bagian dari penegakan hukum yang adil, sementara yang lain mempertanyakan berbagai aspek dalam proses peradilannya.

Warisan dan Pengaruh

Karen Agustiawan tetap dikenang sebagai sosok yang berhasil menembus batasan gender dalam industri migas. Keberaniannya dalam mengambil keputusan strategis dan memperluas cakupan bisnis Pertamina menjadikannya salah satu pemimpin perempuan paling berpengaruh di Indonesia.

Meskipun perjalanan hidupnya diwarnai oleh berbagai tantangan, baik dalam dunia bisnis maupun hukum, jejak yang ditinggalkannya di Pertamina masih menjadi bagian penting dalam sejarah perusahaan tersebut.

(*)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *