Press ESC to close

Misteri Ratusan Jasad di Gunung Everest, Mengapa Mereka Dibiarkan? Ini Alasan Tragisnya

Fakta Mengerikan Gunung Everest: Kuburan Terbuka bagi Ratusan Pendaki yang Tak Pernah Turun

Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, telah menjadi saksi bisu bagi ratusan pendaki yang kehilangan nyawa dalam perjalanan menuju kejayaannya. 

Lebih dari 310 orang tewas di gunung ini sejak awal 1900-an, dan yang mengejutkan, banyak jasad mereka tetap berada di sana, membeku di sepanjang jalur pendakian. 

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa jasad-jasad tersebut tidak dievakuasi?

Tantangan Evakuasi: Biaya Fantastis dan Risiko Nyawa

Evakuasi jenazah dari Everest bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga finansial dan moral. 

Biaya untuk menurunkan satu jasad dari ketinggian ekstrem bisa mencapai $70.000 atau sekitar Rp1 miliar. 

Jumlah ini jauh di luar jangkauan banyak keluarga korban.

Lebih dari itu, proses evakuasi sangat berisiko. Pendaki harus berhadapan dengan medan ekstrem, suhu membekukan, dan kadar oksigen rendah. 

Pada tahun 1984, dua pendaki Nepal tewas saat mencoba mengevakuasi jenazah dari Everest, menegaskan betapa berbahayanya misi ini.

Lhakpa Sherpa, pendaki wanita dengan rekor terbanyak di Everest, menggambarkan betapa banyaknya jasad yang ia temui dalam perjalanannya ke puncak pada 2018. “Saya melihat tujuh mayat di rute pendakian,” ujarnya. 

Bahkan, beberapa jasad sudah menjadi bagian dari peta perjalanan para pendaki, seperti "Green Boots", yang tergeletak di sebuah gua sekitar 345 meter dari puncak Everest.

Perubahan Iklim Menyingkap Jasad yang Lama Terkubur

Seiring berjalannya waktu, kondisi di Everest justru semakin memperparah situasi. 

Pemanasan global telah mempercepat pencairan gletser, yang menyebabkan jasad-jasad yang sebelumnya terkubur kini muncul kembali ke permukaan. 

Fenomena ini tidak hanya membuat jalur pendakian semakin sulit, tetapi juga mengingatkan dunia akan dampak perubahan iklim yang nyata di puncak tertinggi bumi.

Tragedi yang Terus Terulang

Pada tahun 2015, longsoran salju besar menewaskan sedikitnya 19 orang di Everest. 

Namun, angka kematian pada tahun 2023 bahkan melampaui jumlah tersebut, menjadikannya tahun paling mematikan dalam sejarah pendakian gunung ini. 

Nepal mengeluarkan 463 izin pendakian, dan jika ditambah dengan pemandu sherpa, sekitar 900 orang berusaha mencapai puncak pada musim itu.

Dengan popularitas pendakian yang terus meningkat, risiko kematian pun bertambah. 

Everest tetap menjadi magnet bagi para petualang, tetapi juga tempat di mana banyak dari mereka harus mengakhiri hidupnya.

Gunung Everest: Simbol Kejayaan dan Kematian

Keindahan Everest selalu diiringi dengan realitas yang tak bisa dihindari: banyak pendaki yang berangkat tanpa pernah kembali. 

Bagi sebagian orang, gunung ini adalah simbol pencapaian tertinggi manusia. 

Namun, bagi mereka yang gugur di sana, Everest menjadi tempat peristirahatan terakhir—kuburan terbuka di ketinggian 8.848 meter.***

Graha Nusantara

Graha Nusantara adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *